Entri Populer

Rabu, 16 September 2015

NGELEBAY VIA CURHAT

"Judul macam apa ini?"

Kalimat itu muncul sebelum aku menyentuh panel publish di layar. Agak sedikit ood, tapi percayalah isi entri ini tak se-random kelakuan anak yang dipengaruhi hormon pubertas. Lagipula bukankah kita tak semestinya menilai sesuatu dari sampulnya saja?

Anyways,

semenjak penugasanku beberapa bulan lalu ke sebuah daerah yang masih merangkak menuju modernitas, aku kerap kebagian tugas menjadi pembina, pelatih, sekaligus membawa siswa untuk mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten-dalam hal ini dengan membawa nama kecamatan. Tertantang? Sudah pasti! Walau kemampuanku gak seberapa, tapi aku bersemangat menuangkan imajinasi, kreasi, dan potensi yang kumiliki agar dapat disaksikan oleh banyak orang. Tentunya melalui media siswa-siswi tadi.

Pernah aku membawa kontingen untuk mengikuti lomba tortor, pernah juga membawa tim vocal group. Lomba pidato juga sudah pernah kusambangi. Tapi sayangnya satu pun tak ada yang berhasil membawa gelar juara. Malu, kesal, capek semua berbaur dan tertuang dalam segelas rasa yang bernama kekecewaan.

Kuakui potensi dan mental anak-anak yang menjadi wakil dari daerah ini belum bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berdomisili dan dibesarkan di ibu kota kabupaten. Bagaimana tidak, fasilitas untuk tumbuh kembang belum bisa dikatakan memadai, baik dari segi edukasi maupun sekedar sarana hiburan. Jadi darimana anak-anak menumbuhkan potensi, minat dan bakatnya dengan kondisi seperti itu. Kefasihan mereka berbahasa Indonesia pun belum mencapai batas KKM. Dan menurutku inilah salah satu faktor yang memperkecil peluang kami menjuarai lomba pidato Hari Anak Nasional kemarin. Dialek kedaerahan yg kental, intonasi yang terkadang susah dibedakan antara marah atau bertanya, dan faktor kebahasaan lain membuat anak dari daerahku tak mampu menyaingi anak dari ibu kota yang notabene fasih berbahasa Indonesia. Belum lagi dari segi look-nya. Bisakah anak dari daerah yang pulang pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh 6km dan sesampainya di rumah langsung ke kebun membantu bapak ibunya menyaingi penampilan anak-anak ibu kota yang kesibukannya seputar bimbel, sekolah, dan ekskul? Jawab di dalam hati masing-masing.
Kedua, terkadang ada kebijakan dari pihak panitia yang kuanggap tidak adil. Contohnya, dalam perlombaan, tiap kecamatan hanya diperbolehkan mengirim satu perwakilan, TAPI, khusus untuk daerah ibu kota kabupaten, semua sekolah yang ada di sana boleh mengirimkan masing-masing satu wakilnya. Ini maksudnya apa? Jelaslah probabilitas kami untuk menang semakin kecil.

Aku teringat saat mengikuti technical meeting acara Pesparawi beberapa bulan lalu, seorang pelatih tim dari kecamatan yang lumayan jauh dari ibu kota berusul pada panitia. Bagaimana kalau tim yang berlomba dibagi menjadi 2 grup. Grup 1 untuk para peserta dari ibu kota, dan grup 2 untuk peserta yang berasal dari daerah terjauh dan terluar seperti kami ini.

"Kalau gitu persaingan kan terasa lebih seimbang, Pak." ujar pelatih itu dengan harapan peserta dari daerah punya kesempatan lebih besar untuk menang. Namun, usul itu ditolak mentah-mentah. Nyeseeekk..

Nah, tadi siang kembali aku diberi mandat tuk melatih dan membawa tim tari sebagai perwakilan kecamatan dalam acara peringatan hari jadi kabupaten. Muncul rasa malas mengikuti kegiatan seperti itu lagi. Terlebih karena adanya stigma yang mengatakan,
"Par kota i do na maniop annon." (tim dari kota yang bakal menang)
dan sayangnya hal itu memang benar terjadi. Kalau paham seperti itu sudah tertanam dan kerap terjadi dalam tiap event, buat apa kami ikut serta? Apa hanya sebagai objek yang ditempatkan di susunan bawah untuk jadi tumpuan kaki agar kalian bisa naik? Atau hanya sebagai pelengkap penderita?

Entahlah..

Yah, begitulah persepsiku setelah beberapa kali ikut ambil bagian dalam acara seperti itu di kabupaten ini. Semoga penilaianku ini benar-benar objektif dan bukan sekedr penilaian absurd akibat dibutakan emosi karena timku tak pernah menang. Semoga juga pihak lain yang nantinya akan menyelenggarakan event serupa mau mempertimbangkan usul tadi. Dan aku yakin kedepannya anak-anak dari daerah pun pasti bisa.