Entri Populer

Rabu, 06 Oktober 2010

Si Birokrasi dan Aku

“Kalau ada dosen yang mempersulit langkah kalian, kalian lapor sama saya. Asal disertai bukti nyata langsung kita tindak lanjuti…”
Trus gimana kalo yang mempersulit itu adalah siempunya kalimat di atas? Apa memang akan “ditindaklanjuti”? I don’t think so…
Memang birokrasi di kampus ku tercinta ini agak-agak kusut. Yang udah tua terlalu sensitif, g pedulian dan suka mengeksplor wewenangnya. Sedangkan yang muda mengagungkan darah mudanya dan cenderung ingin berontak dan egois. Akibatnyaa.., MISCOMUNICATION sering, bahkan selalu terjadi di jurusan ku ini. (jurusan laen gak tau juga…)
Ni aja, selama aku sibuk tuk nyiapin proposal dan seminar, banyak masalah yang muncul. Mulai dari soal cara menjumpai dosen tuk konsultasi., (karena ada dosen yang mesti dijumpain di kampus dan ada juga yang mesti di rumah. Truz ada yang harus ditelpon tuk buat appointment, dan ada yang harus di sms dulu baru ditelpon lagi,hufft…)
Masalah pembayaran uang seminar, (ne ada mahasiswa yang gampang aja mau bayar, ada mahasiswa penganut suatu ‘aliran’ yang gak mau bayar sepeser pun, dan ada juga mahasiswa penganut suatu ‘aliran’ tapi mau bayar…). Ampe masalah administrasi tuk mencetak surat undangan meja ijo.
Arrggghhh… tah apa apa pon!!! Mumet otak ku ne. Q curhat ma dosen pengampu ku tercinta, tapi dia pun angkat tangan. Kecewa juga sih, tapi memang kalo dipikir secara logika, apalah yang bisa diperbuat dosen non-jabatan terhadap dosen berjabatan? Ibaratnya, gak mungkin anggota DPRD tingkat II menyela Presiden. Yagh, mau gimana lagi…
Belum lagi ngadapin dosen-dosen yang sepertinya gak punya nurani. Uda tau kami ngemis di depan pintu kantornya untuk revisi, persetujuan proposal, ato bahkan hanya meminta sebuah tanda tangan, tapi gak digubris!!! How poor we are…
Dan ini g terjadi sejam, dua jam ato sehari dua hari. It happens 10 hours a day, 5 days a week… bahkan ada yang nunggu (sambil lesehan karena gak ada kursi) selama sebulan.
Akibatnya, semua terkendala. Aku gak bisa melangkah ke tingkat berikutnya karena tingkat ini pun belum selesai. Dan nanti pun ditahap berikutnya, hal ini pasti terjadi lagi. Jadi kalo menurut aku, berdasarkan sampel yang diambil secara purposif yaitu diriku sendiri, mahasiswa disini lama wisuda bukan karena malas ato bodoh (walaupun kasus seperti itu memang ada) tapi karena birokrasi yang berbelit-belit dan runyam.
Buktinya, untuk menyusun outline atau proposal aku hanya perlu waktu dua minggu. Tapi yang bikin lama, waktu minta tanda tangan ke kaprodi, kajur, dsb, dst, dll, dkk…
Yagh, mau gak mau harus dijalani. Tapi secara gak langsung ini menghambat langkah ku untuk meraih gelar S1 dalam waktu empat tahun. Hufft…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar sangat diterima...
gak dikomentari juga gapapa,..